Wednesday, December 20, 2006

Hamburger satu juta rupiah di Jakarta…wow

Hotel berbintang Four Seasons yang terletak di jalan HR Rasuna Said Jakarta menjual hamburger seharga sekitar satu juta rupiah (US$110). Bahan-bahan yang digunakan antara lain Kobe beef dengan foie gras, Portobello mushrooms dan Korean pears yang akan disajikan dengan “french fries” (kentang goreng). Hotel ini telah menjual sebanyak 20 hamburger yang “super” mahal ini bagi kantong orang Indonesia kebanyakan.

Satu burger menghabiskan 225 gram Kobe beef. Harganya menjadi mahal karena aromanya memang sangat beda. Daging sapi muda Kobe mahal karena mendapat perawatan khusus: anak sapi tersebut minumannya adalah bir dicampur dengan susu dan vitamin dan makanannya rumput yang bebas pestisida. Seluruh bahan yang digunakan berkualitas tinggi dan diimpor , itulah sebabnya harganya sangat mahal. Bandingkan dengan upah UMR di negeri ini yang hanya sekitar $40 per bulan. Jadi jika ingin makan hamburger ini, upah selama lebih dari tiga bulan harus ditabung!

Namun perlu diingat, sejumlah kecil orang Indonesia adalah orang terkaya di Asia, jadi wajar bila hamburger itu laku juga toh!

Tuesday, December 19, 2006

“Warning” AS selama Natal dan Tahun Baru

Warga Amerika dan “bule” lainnya yang ada di Indonesia diminta untuk berhati-hati terhadap serangan yang mungkun dilancarkan oleh kaum militant selama Natal 2006 dan Tahun Baru 2007, demikian peringatan dari Kedutaan Besar AS di Jakarta.

Serangan teroris dapat terjadi kapan saja dan juga bisa di mana saja, terutama yang sering dikunjungi oleh orang “bule” atau juga serangan mungkin ditujukan pada fasilitas dan unit bisnis Amerika dan orang Barat lainnya, demikian peringatan Kedubes AS tsb.

Lebih dari 190 militan telah dinyatakan bersalah sehubungan dengan serangan atau tindakan kekerasan yang mereka lakukan dan lima mendapat hukuman mati. Dari 85 persen muslim Indonesia yang berpenduduk 220 juta jiwa, kebanyakan adalah golongan moderat namun ada minoritas militan yang aktif di negeri ini. Analis keamanan mengatakan bahwa ancaman serangan kaum militan masih cukup tinggi karena polisi belum mampu menangkap otak pelaku dari pengeboman yang terdahulu.

ADB menyediakan pinjaman US$50 juta untuk Madrasah

Asian Development Bank (ADB) akan memberikan pinjaman kepada Indonesia sebesar US$50 juta guna memperbaiki kualitas sekolah Islam di kantung-kantung kemiskinan pedesaan. Banyak madrasah akan gagal dalam memenuhi standar pendidikan nasional jika tidak adanya investasi tambahan di bidang pendidikan.
Dana ADB tersebut akan digunakan untuk meningkatkan kualitas guru, pengembangan buku sekolah dan materi pengajaran lain, serta memperbaiki fasilitas dan peralatan pendidikan. Dana itu juga dapat digunakan untuk program beasiswa, khususnya pelajar putri yang miskin yang tujuannya meningkatkan partisipasi pendidikan dan menurunkan tingkat putus sekolah.

Proyek yang akan didanai oleh ADB tersebut akan mencakup 500 madrasah meliputi 120.000 pelajar di 27 kecamatan yang tergolong miskin di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Pemerintah Indonesian juga akan memberikan kontribusi sebesar US$21,4 juta bagi proyek pendidikan ini yang total biayanya diperkirakan mencapai US$71,4 juta.

Proyek yang sangat bagus dan mulia memang, namun seperti biasanya kita harus wanti-wanti “beware of the corruption practices !”, jangan sampai ingin “untung malah jadi buntung”. Ingat dana ADB itu walaupun bersifat bantuan, tapi tetap saja pinjaman alias hutang!

Israel meluncurkan situs internet berbahasa Indonesia

Hal ini dilakukan guna membuka dialog dengan masyarakat Muslim Indonesia

Menteri Luar Negeri Israel meluncurkan situs internet dalam bahasa Indonesia guna membuka dialog dengan masyarakat muslim Indonesia. Situs diluncurkan pada hari Senin, 18 Desember 2006 berisikan artikel berita dan informasi mengenai ekonomi, budaya dan agama di Israel.

Peluncuran situs ini merupakan bagian dari upaya berkesinambungan dari Israel dalam merangkul masyarakat Muslim Indonesia. Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara di Asia Tenggara yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan menolak untuk mempertimbangkan hubungan diplomatik dengan Israel.

Ilan Ben Dov, Dubes Israel untuk Singapura, mengatakan bahwa masih sangat kurang informasi mengenai Israel bagi masyarakat Muslim. Menurutnya Indonesia perlu mendapat informasi tentang Israel. Israel ingin membuka dialog dengan Indonesia dan Malaysia guna bekerjasama dalam menyelesaikan masalah Timur Tengah.

Situs berbahasa Indonesia itu dapat dibuka pada alamat berikut: http://jakarta.mfa.gov.il

(Halo Indonesia)

Monday, December 18, 2006

Freeport eager to be world’s largest copper company

In November this year Freeport-McMoRan agreed to buy Phelps Dodge for about $26 billion in cash and stock to create the world's largest publicly traded copper company. But Hedge fund SAC Capital has disclosed it has a more than 5 percent stake in mining giant Phelps Dodge Corp. and wants to block Freeport McMoRan Copper & Gold Inc.'s proposal to buy the company, saying the price is too low, a regulatory filing said. The news came on the same day that the New York Post reported that SAC was seeking a $150-per-share price for the proposed buyout, about 15 percent higher than its agreed price.

SAC filed an ownership reporting document with the U.S. Securities and Exchange Commission Monday, stating it has acquired a 5.1 percent stake in Phelps Dodge stock. It also said there was unrecognized long-term value in Phelps' shares that would be lost in the deal at Freeport's proposed terms.

Freeport had agreed to pay $88 plus 0.67 share of its stock for each Phelps share, which based on Monday's trading levels was worth about $129.31 per share.

Source: Reuters

Bupati yang asal copot!

Bupati Serang Bupati Taufik Nuriman memberhentikan 216 kepala SD. Mereka diberhentikan berdasarkan SK Bupati No. 478/2006, sebagai tindak lanjut Kepmendiknas No.162/ 2003 yang mengatur bahwa kepsek dibatasi dua periode, atau maksimal delapan tahun. Atas dasar itu kepala SD tersebut dicopot dari jabatan mereka dan dikembalikan menjadi guru.

Entah dasar apa yang dipakai oleh si Bupati dengan menerapkan Kepmendiknas itu berlaku surut. Perlu diketahu bahwa para kepsek SD tersebut diangkat sebelum tahun 2003. Mereka diberhentikan setelah puluhan tahun mengabdi.SK pemberhentian ditandatangani bulan Juli 2006, namun para kesek menerima SK Bupati tersebut bulan Oktober 2006 tanpa memberikan langsung kepada mereka.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Serang, pemberhentian itu telah sesuai dengan Kepmendiknas tersebut dan pemberhentian dilakukan setelah berkonsultasi dengan dan atas rekomendasi Badan Pengawas Daerah.

Beginilah carut-marut dunia pendidikan di negeri ini akibat kualitas kepemimpinan yang masih sangat perlu dipertanyakan. Ganti pemimpin ganti kebijakan, kapan mau maju SDM Indonesia?

Thursday, December 14, 2006

Cops to investigate TV stations

Eight private TV stations are reported to police for airing programs on sex and violence. The cops will proceed with legal processes. The stations are TPI, Lativi, ANTeve, TransTV, TV7, Indosiar, SCTV and RCTI. All the stations broadcast programs about sexual and violent issues such as Love and Lust, Whispering Lust, Evening Soap Opera, Dorce's Show, Phenomenon, Special Laughter Special, God and Goddess, Religious Cinema, Black and White, Divine Mystery, Womanizer, “I am Jealous 3”, Panggung Hahahihi , Temulawak, Suratan Takdir, and Golden Stage.

As repeatedly warned the stations were deemed in violation of the 2002 Broadcasting Law. There will likely be legal actions against them. If their cases go to court, each of them can face a fine of up to more than US$1 million, and the TV officials can be jailed for up to five years. Sex and violence in mass media have been in the spotlight recently following controversy over a popular U.S. wrestling show and sex video scandal that forced a senior lawmaker to resign. In November 2006 Lativi station was ordered to stop airing SmackDown following a death of child who tried to do the same wrestling trick as shown in the show.

Beras menjadi Komoditas Politis

Kenaikan harga beras bukan semata-mata masalah teknis, namun nampaknya sudah berbau politis. Meskipun harga beras naik signifikan dalam dua minggu terakhir, namun belum ada operasi pasar di Pulau Jawa. Mekanisme pengambilan keputusan operasi pasar di daerah nampaknya makin birokratis.

Kenaikan harga beras saat ini akibat masalah penurunan produksi. Menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian Kaman Nainggolan, sudah umum bahwa sesuai siklus musim harga beras mencapai puncak pada bulan Desember dan Januari akibat stok menipis. DKI Jakarta mulai menggelar operasi pasar beras guna menormalkan harga.

Kenaikan harga beras ini akan dapat menjadi pemicu keadaan di masyarakat dan para politikus pun nampaknya sudah mulai main mata untuk “take action”.

DISKUSI KORUPSI DAN KEBUDAYAAN: Something is missing"

“Event” yang mengambil judul “Korupsi dan Budaya” dengan subjudul “Korupsi sebagai Masalah Ekonomi dan Kebudayaan” yang diselenggarakan di Atmajaya Jakarta hari ini (14 Des.2006) cukup “seru” seperti layaknya diskusi-diskusi yang kerap diselenggarakan di negeri ini.

Pustaka Sinar Harapan bekerjasama dengan Kedubes AS, LP3ES dan Universitas Atmajaya meyelenggarakan peluncuran dan diskusi buku tersebut dengan pembicara Anhar Gonggong, Benny Susetyo dari Atmajaya dan Scot Schlossberg dari California University dan moderator Aco Manafe dari Pustaka Sinar Harapan dan Yohana dari Atmajaya.

Anhar Gonggong dan Benny Susetyo cukup piawai dan impresif sebagai pembicara, sementara Scot Schlossberg cukup duduk dan membacakan papernya yang disampaikan dalam bahasa Inggris. Ketiga pembicara berlatar budaya dan agama. Selama pembicaraan yang cukup menarik itu permasalahan korupsi di negeri ini dikupas tuntas dari sudut pandang budaya, pendidikan hingga agama. Ada sesuatu yang terlewatkan (something is missing) yang tidak disadari atau memang mungkin memang tidak dipahami. Dari sub judul saja mestinya masalah korupsi harus dilihat dari sudut pandang Ekonomi dan Kebudayaan. Namun pembicaraan (walaupun menarik) berputar-putar ke sana ke mari dari sudut pandang budaya, moral, agama, etika dst tanpa ada sama sekali melihatnya dari sudut pandang ilmu ekonomi. Korupsi secara linear berkorelasi dengan dengan masalah ekonomi dan tentunya hal ini tak lepas dari pemecahan masalah yang dilihat dari sudut pandang ilmu ekonomi pula tentunya: “something is really missing!”

Moderator dan “event organizer” nampaknya kurang dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Sesi tanya jawab dipenuhi dengan pertanyaan yang berkepanjangan yang diawali dengan “perkuliahan-perkuliahan” dari si penanya itu sendiri dan moderator tidak dengan sigap mengatasi hal-hal demikian (kurang profesional?...) dan tanpa melihat alokasi kesempatan bertanya bagi wakil-wakil dari peserta lain (peserta UI sama sekali tak mendapat kesempatan) dan sesi pertanyaan nampaknya didominasi oleh tamu dari Atmaja itu sendiri. Panitia mestinya memberitahu apabila kebijakannya memang demikian.

Nampaknya kita memang harus belajar lagi bagaimana menyelenggarakan suatu “event” semacam ini. Pembahasan dan sesi tanya-jawab mestinya harus disiplin dalam kerangka tema dan sub-tema. Bagaimanapun juga salut untuk Atmajaya dalam menyelenggarakan “event” semacam ini.

Wednesday, December 13, 2006

Maria Eva


Maria Eva membeberkan hubungan “hot” nya dengan anggota DPR YZ dari partai Golkar. Adegan tak senonoh mereka dengan cepat menyebar ke publik. Eva adalah anggota AMPI.


Mengenai adegan tak pantas itu Eva mengakui itu memang dia dengan YZ dan ia kerap merekam hal-hal demikian. Dia juga mengatakan hal itu dilakukan “just for fun”. Eva juga membeberkan bahwa ia pernah menggugurkan kandungannya yang berusia dua bulan. Menurut Eva, saat proses pengguguran itu YZ mengantarnya.


Sehubungan dengan pembeberan “aib” yang menjadi komoditi publik itu, Eva mengaku bahwa ia kini kerap diteror melalui telepon dan sms (dari YZ?).Fenomena apakah ini sehingga nampaknya orang tidak lagi sungkan untuk membeberkan aib mereka ke publik? Benarkah Eva melakukan itu demi popularitas? Kenapa masyarakat begitu suka dengan sensasi (maaf-Red) “murahan” seperti itu?
Foto: Kompas

GAM wins the poll !...

Irwandi Yusuf of the Free Aceh Movement (GAM) coupled with activist Mohammad Nazar are leading with more than 38 percent of the gubernatorial votes while in the second at about 17 per cent are activist A. Humam Hamid and another GAM figure Hasbi Abdullah. That is a quick count result.

Irwandi Yusuf has a strong grassroots network through the hierarchical structure of the Aceh Integration Committee (KPA). He had homework of persuading the Aceh former warlords to mingle with the Indonesian communities in the western-most province of Indonesia and enter the political arena within the country. Jakarta's candidate i.e. former Aceh military commander M. Djali Yusuf with his running mate appeared to be in the last place with no more than 4-percent votes. A GAM member said that the Acehnese are fed up with corruption and high jinks.

The Independent Election Commission (KIP) revealed that yesterday afternoon revealed that Irwandi Yusuf garnered 104,563 votes, followed by Malik Raden 61,815 and Humam Hamid 46,742 of votes totaling 320,370.

President Susilo Bambang Yudhoyono warned that ballots were still being counted and he still waited for possible vote-rigging. Vice President Jusuf Kalla said GAM no longer exists and the victory of GAM will not make Aceh separate from Indonesia. Indonesian Military commander Djoko Suyanto and Defense Minister Juwono Sudarsono warned that Aceh peace agreement specifies that Aceh will remain within the corridor of Indonesia’s Unitary State. The peace pact was signed in Helsinki, Finland, in August last year by both Indonesia and GAM to, among others, give Aceh a greater autonomy.

Aceh is the only province that allows independent gubernatorial candidate to run for administrative office. The victory is indeed a slap in the face to major political parties in the country.

Irwandi Yusuf is somewhat new to the GAM. He was assigned GAM's spokesperson during a peace accord with Jakarta. He frequently flew to Jakarta during the deal to meet Vice President Jusuf Kalla.*

Tuesday, December 12, 2006

Teori Barat itu apa?


Dalam laporan Kompas hari ini (13 Des’06) mengenai Peluncuran Buku yang diberi judul “Teori Barat Kurang Pas untuk Membedah Sastra Melayu”, dikatakan bahwa Akademisi di Tanah Air dalam meneliti karya sastra Melayu cenderung menggunakan teori Barat. Untuk mengubah kecederungan ini perlu stimulus agar mempertimbangkan kerangka pikir penulis Melayu, bukan mengandalkan kerangka Barat. Kurang berkembangnya penggalian paradigma lain dalam melihat karya sastra Melayu tak lepas dari tradisi positivisme di kalangan akademisi. Tradisi positivisme merupakan teori kebudayaan yang dipakai terus.

Sangat tidak dapat dimengerti apa yang dimaksud dengan Teori Barat. Apakah yang dimaksud teori Barat adalah “positivisme” yaitu metode penelitian kuantitatif? Ataukah maksudnya dalam penelitian karya-karya Melayu kita harus menggunakan metode kualitatif atau metode interpretatif? Perlu diketahui di dunia Barat baik positivisme dan interpretatif kedua-duanya diterapkan di sana. Umumnya ilmu-ilmu eksakta menggunakan metode kuantitatif (positivisme) dan ilmu-ilmu non-eksakta seperti sosial, budaya, humanisme umumnya menggunakan metode interpretatif. (ds)

Brimob Berbuat Kriminal

HaloIndonesia naik bis Patas AC 121 jurusan Cikarang - Blok M dengan nomor polisis B 7693 BK dan ketika sampai ke pintu tol Jati Bening sang supir masuk ke tempat pengambilan penumpang. Namun baru saja bis masuk, tiba-tiba saja dengan marah-marah seorang anggota Brimob langsung memukul kaca dekat si supir, akibatnya kaca pecah dan serpihan kaca mengenai sang supir dan menancap di telinga supir hingga berdarah. Akibatnya sang supir harus diganti dengan supir lain. Sangat disayangkan tindakan anggota Brimob yang sudah dapat dikategorikan sebagai suatu tindakan kriminal.

Sidoarjo Merana: Sekolah Terendam Lumpur!



Semburan lumpur panas yang terus meluas menyebabkan 34 gedung sekolah di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terendam lumpur. Demikian dilaporkan oleh Kompas Selasa, 12 Des’06. Sejumlah sekolah tak mungkin ditempati karena genangan lumpur sangat tinggi. Di SMP Negeri 2 Porong tinggi lumpur sampai menutupi genting. Sebagian sekolah lainnya tergenang lumpur sehingga halaman kotor dan bau. Kasus Lumpur Sidoarjo masih belum diketahui solusinya. Sebab, sumber semburan lumpur tidak berasal dari satu titik, melainkan 31 titik yang membentuk satu bidang.

Bagaimanakah tanggung-jawab kelompok Bakrie dalam hal ini? Kenapa sejauh ini hanya tanggung jawab Lapindo saja yang dikedepankan sementara Group Bakrie sama sekali tidak pernah tersentuh dan seakan-akan lepas dari tanggung-jawab bahkan ada niat untuk menjual anak perusahaannya itu.

Monday, December 11, 2006

Apakah itu "Cultural Studies"?

Dalam buku yang berjudul The Cultural Studies Reader, edisi kedua yang disunting oleh Simon During (cetak ulang 2001) dalam kata pembukaan (hal. 1-2) dikatakan bahwa:

Cultural studies is not an academic discipline quite like others. It possesses neither a well-defined methodology nor clearly demarcated fields for investigation. Cultural studies is, of course, the study of culture, or more particularly, the study of contemporary culture, which can be analyzed in many ways: sociologically, by “objectively” describing its institutions and functions as if they belong to a large, regulated system; economically, by describing the effects of investment and marketing on cultural production; and critically, by celebrating either large forms (like literature) or specific texts or images.
Cultural studies appeared as a field of study in Great Britain in the 1950s out of Levisism, a form of literary studies named after F.R. Leavis, its most prominent member.

Untuk mengetahui bagaimana “cultural studies” berkembang, sejauh mana keberadaannya, dan bagaimana arah selanjutnya di masa mendatang, maka perlu juga untuk disimak salah seorang “pioneer” dari “cultural studies” yaitu Raymond Williams:

Raymond Williams was an early pioneer in the field of "cultural studies" -- in fact, he was doing cultural studies before the term was even coined. This excerpt is from an essay Williams wrote in 1958, entitled "Culture is Ordinary." Williams "forced the first important shift into a new way of thinking about the symbolic dimensions of our lives. Thus, 'culture' is wrested from that privileged space of artistic production and specialist knowledge ("high culture") , into the lived experience of the everyday".

Culture is ordinary: that is the first fact. Every human society has its own shape, its own purposes, its own meanings. Every human society expresses these, in institutions, and in arts and learning. The making of a society is the finding of common meanings and directions, and its growth is an active debate and amendment under the pressures of experience, contact, and discovery, writing themselves into the land. The growing society is there, yet it is also made and remade in every individual mind. The making of a mind is, first, the slow learning of shapes, purposes, and meanings, so that work, observation and communication are possible. Then, second, but equal in importance, is the testing of these in experience, the making of new observations, comparisons, and meanings.

Selanjutnya perlu disimak pendapat dari Carolyn Steedman dalam buku Simon During tersebut di atas (Ch4, p.46-47):

Cultural studies requires a historical sense … , history is to be encountered in the archives not just in texts. It is in the archives that abstracted narratives, like those provided by Raymond Williams, …
… I am enabled to say something about text-based studies of history, within cultural studies, … and about the text as a historical reality, …, but also constituting a reality, in and of itself.

Pendapat dari Stuart Hall (Ch 7, pp 97-99):

… when cultural studies was taking off as an academic discipline in the US, …cultural studies has many histories and legacies … the economic base has a determining effect on the cultural superstructure.
My title suggests a look back to the past, to consult and think about the Now and the Future of cultural studies by way of retrospective glance. It does seem necessary to do some genealogical and archaeological work on the archive.

… Cultural studies has multiple discourses; it has a number of different histories.
Pendapat dari Gayatri Chakravorty Spivak (Ch 13, p 169):
… Spivak asks two questions: what is it to be an American, and: what kind of cultural studies should exist in the US. … to be an American legally and politically is to enter into relation to that founding document, the Constitution, … into changing and negotiable narratives about the Constitution.
… cultural studies also needs to acknowledge the transformative power of capital, legal rights, and education …
DS/Halo Indonesia