Thursday, December 14, 2006

DISKUSI KORUPSI DAN KEBUDAYAAN: Something is missing"

“Event” yang mengambil judul “Korupsi dan Budaya” dengan subjudul “Korupsi sebagai Masalah Ekonomi dan Kebudayaan” yang diselenggarakan di Atmajaya Jakarta hari ini (14 Des.2006) cukup “seru” seperti layaknya diskusi-diskusi yang kerap diselenggarakan di negeri ini.

Pustaka Sinar Harapan bekerjasama dengan Kedubes AS, LP3ES dan Universitas Atmajaya meyelenggarakan peluncuran dan diskusi buku tersebut dengan pembicara Anhar Gonggong, Benny Susetyo dari Atmajaya dan Scot Schlossberg dari California University dan moderator Aco Manafe dari Pustaka Sinar Harapan dan Yohana dari Atmajaya.

Anhar Gonggong dan Benny Susetyo cukup piawai dan impresif sebagai pembicara, sementara Scot Schlossberg cukup duduk dan membacakan papernya yang disampaikan dalam bahasa Inggris. Ketiga pembicara berlatar budaya dan agama. Selama pembicaraan yang cukup menarik itu permasalahan korupsi di negeri ini dikupas tuntas dari sudut pandang budaya, pendidikan hingga agama. Ada sesuatu yang terlewatkan (something is missing) yang tidak disadari atau memang mungkin memang tidak dipahami. Dari sub judul saja mestinya masalah korupsi harus dilihat dari sudut pandang Ekonomi dan Kebudayaan. Namun pembicaraan (walaupun menarik) berputar-putar ke sana ke mari dari sudut pandang budaya, moral, agama, etika dst tanpa ada sama sekali melihatnya dari sudut pandang ilmu ekonomi. Korupsi secara linear berkorelasi dengan dengan masalah ekonomi dan tentunya hal ini tak lepas dari pemecahan masalah yang dilihat dari sudut pandang ilmu ekonomi pula tentunya: “something is really missing!”

Moderator dan “event organizer” nampaknya kurang dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Sesi tanya jawab dipenuhi dengan pertanyaan yang berkepanjangan yang diawali dengan “perkuliahan-perkuliahan” dari si penanya itu sendiri dan moderator tidak dengan sigap mengatasi hal-hal demikian (kurang profesional?...) dan tanpa melihat alokasi kesempatan bertanya bagi wakil-wakil dari peserta lain (peserta UI sama sekali tak mendapat kesempatan) dan sesi pertanyaan nampaknya didominasi oleh tamu dari Atmaja itu sendiri. Panitia mestinya memberitahu apabila kebijakannya memang demikian.

Nampaknya kita memang harus belajar lagi bagaimana menyelenggarakan suatu “event” semacam ini. Pembahasan dan sesi tanya-jawab mestinya harus disiplin dalam kerangka tema dan sub-tema. Bagaimanapun juga salut untuk Atmajaya dalam menyelenggarakan “event” semacam ini.

No comments: